Konflik adalah proses
social disosiatif yang dapat menyebabkan perpecahan dalam masyarakat karena
ketidakselarasan dan ketidakseimbangan dalam suatu hubungan masyarakat.
Berdasarkan tingkatannya konflik dapat dibagi menjadi konflik horizontal dan
vertical.
1.
Konflik Horizontal
Konflik
horizontal adalah konflik yang terjadi diantara kelompok-kelompok social yang
sifatnya sederajat. Konflik social horizontal dapat berupa konflik antar suku,
antar ras, agama, maupun konflik antar golongan.
a.
Konflik antar suku, konflik antar suku pada
umumnya disebabkan oleh primordialisme yang berkembang menjadi etnosentrisme.
Contoh : konflik antara suku Dayak dan suku
Madura yang terjadi di Sampit, konflik antara suku-suku kecil di Papua.
b.
Konflik antar ras, konflik antar ras pada
umumnya disebabkan oleh primordialisme yang berkembang menjadi stereotipe.
Contoh : sistem politik Apartheid di
Afrika, segregasi di Amerika.
c.
Konflik agama, konflik maslaah agama pada
umumnya disebabkan oleh primordialisme yang berkembang menjadi fanatisme.
Konflik agama dapat berupa konflik intern umat beragama misalnya konflik antar
golongan pemeluk Islam murni dengan golongan Ahmadiyah, maupun konflik antar
umat beragama (ekstern) misalnya konflik masyarakat Ambon pemeluk Islam dengan
masyarakat Ambon pemeluk Kristen.
d.
Konflik antar golongan, konflik antar
golongan pada umumnya disebabkan oleh semangat in group yang kuat sehingga
dengan kelompok out group akan menimbilkan antipati.
Contoh : konflik antar pendukung partai
Demokrat dengan simpatisan PDIP.
2.
Konflik Vertikal
Konflik
vertical adalah konflik yang terjadi diantara lapisan-lapisan di dalam
masyarakat. Contoh konflik vertical :
a.
Konflik antar kelas atas dengan kelas
bawah, konflik antar kelas atas dengan kelas bawah dapat berupa konflik
kolektif dan individual. Konflik kolektif misalnya konflik antara buruh dengan
pipminan perusahaan untuk menuntut kenaikan gaji. Konflik individual misalnya
konflik antara pembantu dengan majikan yang berakibat pada kekerasan.
b.
Konflik antara pemerintah pusat dengan
daerah, misalnya pemberontakan dan gerakan seporadis seperti OPM, GAM, dan
gerakan Papua merdeka.
c.
Konflik antara orang tua dan anak, konflik
antara orang tua dan anak akan menimbulkan hambatan dalam sosialisasi nilai dan
norma dan terkadang menimbulkan kenakalan remaja.
B.
INTEGRASI KARENA KETERPAKSAAN (COERSIF)
Integrasi karena
keterpaksaan terjadi karena suatu ketergantungan dan mau tidak mau antar
lapisan masyarakat harus saling berhubungan untuk memenuhi kebutuhan. Namun
dalam integrasi yang terjadi karena paksaan biasanya ada upaya antar kelompok
untuk mendominasi satu sama lain.
Indonesia merupakan negara
multicultural yang terdiri dari bermacam-macam etnis, ras, agama, dan suku
bangsa yang masing-masing membawa bendera primordialismenya masing-masing.
Apabila masing-masing kelompok tidak bisa
saling menghargai dan mengurangi etnosentrisme, stereotype, dan
fanatisme maka akan menimbulkan konflik SARA.
Integrasi karena
keterpaksaan dilihat dari segi historis juga dapat dicontohkan pada masa
feodal. Dimana antara golongan pemerintah kolonial, golongan Asia Timur Asing,
golongan kerabat kerajaan, dan bumiputera hidup dalam satu wilayah namun tidak
dapat membaur. Terdapat batas-batas yang tegas dan adanya upaya dari pemerintah
kolonial untuk terus menerus mendominasi dan menjajah.
Contoh lain integrasi
coersif dalam kehidupan sehari-hari adalah pada saat terjadi demonstrasi atau
unjuk rasa yang ricuh lalu polisi akan memberikan peringatan dengan gas air
mata dengan tujuan mengatur para demonstran untuk menyampaikan aspirasi secara
tertib dan sesuai hukum.
C.
DISINTEGRASI
Disintegrasi adalah suatu
keadaan dimana tidak ada keserasian pada bagian-bagian dari suatu kesatuan
masyarakat. Disintegrasi atau kesenjangan merupakan akibat dari adanya
pembangunan dimana kelas atas menguasai pembangunan yang berperan sebagai
subjek sekaligus objek pembangunan, namun disisi lain kelas tengah dan bawah
hanya berperan sebagai objek pembangunan. Akibatnya kelas tengah dan bawah akan
mengalamai eksploitasi dan diskriminasi di bidang social, ekonomi, dan politik.
Kesenjangan inilah yang akan mempengaruhi pola hidup dan pola hubungan antar
kelompok.
1.
Pola Hidup
Pola
hidup adalah cara-cara dan kebiasaan mesyarakat dalam memenuhi kebutuhan.
a.
Konsumtif
b.
Materialistis
c.
Hedonisme
d.
Westernisasi
e.
Sekulerisasi
2.
Pola Hubungan antar Kelompok
Pola
hubungan antar kelompok adalah suatu bentuk dan sistem hubungan dalam interaksi
diantara anggota masyarakat.
a.
Aksi protes/demonstrasi (anarkis), yaitu
aksi penyampaian pendapat dengan cara-cara yang melanggar hukum dan menyebabkan
kerusuhan.
Contoh : kerusuhan Mei 1998 yang disertai
aksi anarkis saling tembak-menembak antara aparat dan mahasiswa juga diwarnai
aksi penyanderaan dan pembunuhan terhadap etnis Tionghoa.
b.
Kenakalan remaja, kenakalan remaja yang
disebabkan karena pertengkaran dengan orang tua akan membuat pelarian anak
kepada hal-hal yang negative bahkan melanggar hukum contohnya minuman keras,
narkoba, dll.
c.
Kriminalitas, kriminalitas merupakan suatu
bentuk penyimpangan social akibat dari tekanan social dari keadaan lingkungan
sekitarnya. Kurangnya skill dan ketrampilan merupakan factor utama semakin
tingginya angka kriminalitas di kota-kota.
Contoh : urbanisasi dari desa ke kota tanpa
mempersiapkan ketrampillan akan menambah pengangguran akhirnya akan memilih
melakukan tindakan criminal.
d.
Gejolak daerah, merupakan suatu bentuk
reaksi masyarakat yang semakin kritis menuntut hak-haknya kepada pemerintah.
Rasa ketertindasan oleh kebijakan pemerintah yang kurang berpihak pada
masyarakat menyebabkan masyarakat melakukan pemberontakan. Adanya gangguan
stabilitas disetiap daerah sekarang ini apabila tidak segera diatasi akan menyebabkan
perpecahan bangsa Indonesia.
Contoh : konflik yang terjadi di Mesuji
merupakan suatu bentuk upaya pembelaan masyarakat terhadap hak-haknya akibat
dari monopoli atas tanah dan pengelolaan sumber daya agraria.
e.
Terorisme, merupakan serangan-serangan terkoordinasi
yang bertujuan membangkitkan perasaan terror terhadap sekelompok masyarakat.
Namun sekarang terorisme sering dikaitkan dengan masalah agama. Padahal agama
manapun tidak ada yang mengajarkan untuk saling membunuh. Terorisme merupakan
salah satu upaya adu domba dan
penyudutan terhadap kelompok atau agama tertentu kepada kelompok atau agama lain
untuk memecahkan integrasi bangsa
dengan cara-cara yang separatis.
Contoh : penabrakan pesawat komersil dengan
sengaja oleh sekelompok teroris di gedung WTC dan Pentagon AS, bom Bali, bom
hotel JW Marriot, dan bom GBIS Kepunton Solo.
D.
REINTEGRASI
Reintegrasi adalah suatu
proses pembentukan nilai-nilai dan norma-norma baru agar serasi dengan
lembaga-lembaga kemasyarakatan yang telah mengalami perubahan. Reintegrasi
bertujuan untuk membangun kembali integrasi dengan nilai dan norma baru yang
lebih relevan dengan masyarakat sehingga akan tercipta keharmonisan dan
keserasian diantara para kelompok masyarakat yang bersifat multikultural.
Contoh reintegrasi adalah
proses reintegrasi Aceh pasca pemberontakan untuk memisahkan diri dari
Indonesia. Pemerintah membentuk badan resmi BRA (Badan Reintegrasi Aceh) yang
bertugas mengurusi masalah reintegrasi dalam proses perdamaian di Aceh. Dalam
BRA terdapat susunan kepengurusan yang terdari dari wakil pemerintahan,
perwakilan GAM, masyarakat sipil, dan cendikiawan yang diharapkan mampu
membangun kembali integrasi antara Aceh dengan Indonesia.
Dalam proses reintegrasi
maka diperlukan cara-cara mengatasi konflik yang pernah terjadi dan upaya untuk
mencegah kembali terjadinya konflik, yaitu :
1.
Secara Preventif
a.
Memberikan pendidikan multikultural.
b.
Menetapkan kurikulum pendidikan.
c. Menjaga keharmonisan yang dapat digali dari
kearifan budaya yang dimiliki tiap budaya.
d.
Mengembangkan kesadaran social dan peranan
individu.
e.
Menyikapi perbedaan secara lebih terbuka.
f. Menanamkan semangat kebersamaan sebagai
satu kesatuan bangsa yang multikultural.
g.
Mau dan bersedia untuk hidup berdampingan
secara damai dengan masyarakat atau kelompok lain.
2.
Secara Represif
a.
Membuat undang-undang kesamaan derajat.
b.
Mengembangkan multikulturalisme.
c.
Meninggalkan sikap primordialisme.
d.
Saling menghargai dan toleransi.
e.
Meneguhkan penggunaan alat-alat pemersatu
bangsa.
f.
Mengembangkan nasionalisme.
g.
Menyelesaikan konflik secara akomodatif.
h.
Menegakkan supremasi hukum.
i.
Menetapkan otonomi daerah.
j.
Memperkuat semangat in group namun juga
tidak antipati terhadap out group.
k.
Menerima perubahan kondisi social secara
tenang dan kritis.
l.
Mengakui identitas budaya lain.
blog nya keren sista.. mau dong diajarin :)
ReplyDeleteboleh engga?
mau kan sista ajarin aku :)
ReplyDeleteOh boleh aja sis, maaf ya bru bls lama ga blogging lg ngurusin sekolah :)
Deleteaku boleh nanya ga bu? aku disuruh nyari 10 contohmasalah multikultural tapi aku tauya cuma beberapa doang?
ReplyDeleteaduh pliss deh jangan panggil ibu, baru aja lulus SMA nih
Deleteitu yang di konflik horizontal kan ada contohnya, itu termasuk contoh masalah multikultural kok :D
blog e suip ...
ReplyDelete:)
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeletesubhanalloh... izin copas ya.. mbak... tambah ilmu...
ReplyDeletetambah lgi donk ka materi nya tentang alternatif pemecahan masalah yg timbul akibat keanekaragaman dan perubahan kebudayan .... pliss yaaa ka lgi ada tugas ini
ReplyDeletetambah lgi donk ka materi nya tentang alternatif pemecahan masalah yg timbul akibat keanekaragaman dan perubahan kebudayan .... pliss yaaa ka lgi ada tugas ini
ReplyDelete