Siang hari yang panas di depan kelas membuat pikiran
beberapa siswa menjadi terganggu. Mereka bertingkah seakan hidup mereka berada
di dunia sihir seperti di film Harry Potter. Terlihat beberapa siswa sedang
memegang pensil sambil merapalkan kata – kata aneh.
“Avada Kedavra!” balas
siswi lainnya sambil mengacung - acungkan pensilnya.
Itulah contoh sebagian kecil keanehan – keanehan yang
terjadi di sebuah kelas di SMAN 25 Suramadu. Adegan – adegan pada film Harry
Potter yang dimainkan ulang oleh para Harry Potter mania. Aneh memang, mereka
terkena penyakit SAPHPM (Sindrom Akut Pengidap Harry Potter Mania).
“Hey Ki, apa pelajaran
setelah ini?” tanya Jennifer pada temannya.
“Entahlah, kalau aku tak
salah lihat jadwal sepertinya Ekonomi. Apa kau sudah dengar kabar terbaru Jen?”
jawab teman Jennifer yang bernama Kiki Amal Jariyah, yang menyukai apapun yang
mengandung unsur karet.
“Kabar apa memang?”
“Guru baru yang akan
menggantikan Bu Breewockh. Namanya pak Younghusband, ia naturalisasi dari
Fillipina.” kata Kiki sambil mengunyah karet ban.
“Hey, benarkah?! Seperti
apa dia? Apakah dia seperti pelahap maut?”
“Tidak, kata kakak kelas
ia lebih mirip dementor. Jadi jangan simpan tongkatmu. Kita gunakan mantra
Patronus untuk mengusirnya!” jawab Kiki dengan nada yang tak wajar.
“Baiklah, aku setuju!
Menurutmu itu akan berhasil?” tanya Jennifer yang tak sadar sedang menjilati
pensilnya hingga basah kuyup.
“Sebaiknya kita coba,
ahihihi……” jawab Kiki sambil tertawa kecil.
Teeett…… teet…… teeeeet……
kretek… cess…
Tiga kali bel berbunyi, tanda jam istirahat telah
usai. Sebagian siswa masuk ke dalam kelas, namun sebagian lagi masih bersantai
di luar. Sebuah bayangan berkelebat, para siswa itupun berlarian ke dalam kelas
seperti tahanan penjara Azkaban yang melihat dementor.
Saat pak Younghusband melangkahkan kakinya di ruang
kelas, suasana berubah menjadi dingin dalam sekejap, seakan kebahagiaan lenyap
dari kelas tersebut. Semua anak terdiam, kecuali seorang siswi yang komat –
kamit sambil berbisik sesuatu. Salah satu siswi penggemar Harry Potter lainnya.
“Expecto Patronum!”
bisikknya dengan suara sangat lirih sambil mengarahkan pensilnya yang ia anggap
sebagai tongkat sihir kearah pak Younghusband.
“Selamat siang semuanya!
Ini adalah pertemuaan kita yang pertama kalinya bukan?” pak Younghusband
memulai percakapannya.
“Yaa paaaakk……” jawab
sebagian siswa tidak serentak karena sebagian dari mereka bermuka pucat pasi
persis adegan saat dementor muncul pertama kali di Hogwarts Express.
“Kalian mungkin sering
mendengar isu-isu yang kurang menyenangkan tentang saya, tidak semuanya salah.
Sebagian benar, namun kebanyakan terlalu dilebih – lebihkan. Lebay mereka itu.
Ketauhilah bahwasanya dibalik penampilan saya yang mirip Rubeus Hagrid,
tersimpan kepribadian saya yang seperti Albus Percival Wulfric Brian
Dumbledore.” kata Pak Younghusband yang membuat beberapa anak melongo selebar
kawah meteor di Wolfcreek, Arizona, USA.
Pak Younghusband memulai pelajarannya, sebagian siswa
terlihat memaksakan diri untuk mendengarkan pelajaran. Dua jam pelajaran telah
usai, waktunya anak – anak untuk pulang. Setelah pak Younghusband meninggalkan
kelas, terlihat beberapa anak langsung berlari menuju kamar mandi untuk
mengeluarkan isi perut mereka alias muntah – muntah. Bahkan sebagian lagi ada
yang langsung masuk ICU karena kejang – kejang setelah pelajaran.
Tak dapat dipungkiri, duduk tenang selama dua jam
pelajaran bersama pak Younghusband menyisakan kenangan yang mendalam. Caranya
menerangkannya yang jelas membuat sebagian anak kutu buku menjadi fans
beratnya, namun bagi sebagian lagi justru membuatnya langsung mengalami trauma
psikis yang mendalam.
“Ia menyenangkan juga Jen
ternyata.” kata Kiki sambil mengunyah permen karet di tepi trotoar.
“Lumayan lah, walaupun
kita harus kehilangan kursi guru karena ia menggunakannya untuk melempar
Bachdim.”
“Memangnya apa yang
diperbuat Bachdim, pacarmu itu hingga ia terkena lemparan kursi?”
“Sebenarnya ia hanya
menyoroti muka pak Younghusband dengan laser, apakah menurutmu itu kurang
ajar?”
“Tidak juga, kau tahu
Malingsia anak kelas sebelah? Ia malah menaburkan bubuk gatal ke kursi guru dan
melemparinya dengan petasan hingga guru itu mengontrak di rumah sakit selama
sebulan.” kata Kiki dengan tenangnya.
“Kau tahu yang sedang
kupikirkan saat ini Ki?” tanya Jennifer.
“Mana kutahu, aku belum
belajar mantra Legillimens untuk mengetahui pikiranmu. Mungkin aku akan minta
bantuan Profesor Snape dulu untuk mempelajarinya.”
“Aku sedang berfikir, kurasa
tidak salah pak Younghusband berlaku tegas pada kita sewaktu mengajar.”
“Mengapa demikian?” tanya
Kiki tercengang.
“Kau sendiri tahu lah
bagaimana tingkah kita saat pelajaran, tak ada yang memperhatikan. Dengan ia
bersikap tegas, maka paling tidak kita akan memperhatikan dan akhirnya kita
bisa memahami pelajaran yang diajarkan.” kata Jennifer sambil berlompat –
lompatan di trotoar.
“Ada benarnya juga
perkataanmu, kurasa kita salah menilainya selama ini.”
“Ya kau benar, dan
setidaknya kita juga tahu satu hal lagi”
“Apa itu Ki?”
“Kita tidak bisa
mengusirnya dengan mantra Patronus……” kata Kiki tanpa rasa bersalah karena
telah tak sengaja menabrak orang lain hingga terjungkal ke selokan sewaktu
berjalan.
“Hahaha… benar sekali, kaulihat
tadi Julima Perez yang mencoba mengusirnya dengan mantra Patronus? Pensil yang
ia gunakan malah mencolok matanya sendiri!”
“Dia kan memang idiot….”
Dua anak itu terus menyusuri trotoar masih dengan
memegangi pensil, sebelum Kiki mengoceh karena persediaan permen karetnya
habis.
“Ugh menyebalkan, lihatlah
permen karetku habis. Padahal aku sudah membawa 3 kotak hari ini.” kata Kiki
sambil terus memajukan bibirnya.
“Sudahlah, bagaimana kalo
kita nonton film saja dirumahku?” kata Jennifer bersemangat.
“Sepertinya mengasyikkan,
film apa yang akan kita tonton?”
“HARRY POTTER!!!!” teriak
kedua anak itu serempak.
Mereka lalu berlari ke rumah Jennifer………
0 comment:
Post a Comment