1.
Organosol
Jenis tanah ini berasal dari
bahan induk organik seperti dari hutan rawa atau rumput rawa berwarna coklat
hingga kehitaman, umumnya bersifat sangat asam (pH 4.0) dengan kandungan unsur
hara rendah.
Berdasarkan penyebaran
topografinya, tanah gambut dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a.
Gambut
Ombrogen
Terletak di dataran pantai
berawa, terbentuk dari sisa tumbuhan hutan dan rumput rawa, hamper selalu
tergenang air, bersifat sangat asam. Contoh penyebarannya di daerah dataran
pantai Sumatra, Kalimantan dan Irian Jaya (Papua)
b.
Gambut
Topogen
Terbentuk
di daerah cekungan (depresi) antara rawa-rawa di daerah dataran rendah dengan
di pegunungan, berasal dari sisa tumbuhan rawa, ketebalan 0.5 – 6 meter,
bersifat agak asam, kandungan unsur hara relatif lebih tinggi. Contoh
penyebarannya di Rawa Pening (Jawa Tengah), Rawa Lakbok (Ciamis, Jawa Barat),
dan Segara Anakan (Cilacap, Jawa Tengah)
c.
Gambut
Pegunungan
Terbentuk di daerah topografi pegunungan, berasal dari
sisa tumbuhan yang hidupnya di daerah sedang (vegetasi spagnum). Contoh
penyebarannya di Dataran Tinggi Dieng.
Berdasarkan susunan kimianya
tanah gambut dibedakan menjadi:
a.
Gambut
Eutrop
Bersifat agak asam, kandungan O2 serta unsur haranya
lebih tinggi.
b.
Gambut
Oligotrop
Sangat asam, miskin O2 , miskin unsur hara, biasanya
selalu tergenang air.
c.
Gambut
Mesotrop
Peralihan antara eutrop dan oligotrop.
2.
Alluvial
Jenis tanah ini masih muda, belum
mengalami perkembangan, berasal dari bahan induk aluvium, tekstur beraneka
ragam, belum terbentuk struktur , konsistensi dalam keadaan basah lekat, pH
bermacam-macam, kesuburan sedang hingga tinggi. Penyebarannya di daerah dataran
aluvial sungai, dataran aluvial pantai dan daerah cekungan (depresi).
3.
Regosol
Jenis tanah ini masih muda, belum
mengalami diferensiasi horizon, tekstur pasir, struktur berbukit tunggal,
konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral, kesuburan sedang, berasal dari
bahan induk material vulkanik piroklastis atau pasir pantai. Penyebarannya di
daerah lereng vulkanik muda dan di daerah beting pantai dan gumuk-gumuk pasir
pantai.
4.
Litosol
Tanah mineral tanpa atau sedikit
perkembangan profil, batuan induknya batuan beku atau batuan sedimen keras,
kedalaman tanah dangkal (< 30 cm) bahkan kadang-kadang merupakan singkapan
batuan induk (outerop). Tekstur tanah beranekaragam, dan pada umumnya berpasir,
umumnya tidak berstruktur, terdapat kandungan batu, kerikil dan kesuburannya
bervariasi. Tanah litosol dapat dijumpai pada segala iklim, umumnya di
topografi berbukit, pegunungan, lereng miring sampai curam.
5.
Latosol
Jenis tanah ini telah berkembang
atau terjadi diferensiasi horizon, kedalaman dalam, tekstur lempung, struktur
remah hingga gumpal, konsistensi gembur hingga agak teguh, warna coklat merah
hingga kuning. Penyebarannya di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari
300 – 1000 meter, batuan induk dari tuf, material vulkanik, breksi batuan beku
intrusi.
6.
Grumusol
Tanah mineral yang mempunyai
perkembangan profil, agak tebal, tekstur lempung berat, struktur kersai
(granular) di lapisan atas dan gumpal hingga pejal di lapisan bawah,
konsistensi bila basah sangat lekat dan plastis, bila kering sangat keras dan
tanah retak-retak, umumnya bersifat alkalis, kejenuhan basa, dan kapasitas
absorpsi tinggi, permeabilitas lambat dan peka erosi. Jenis ini berasal dari
batu kapur, mergel, batuan lempung atau tuf vulkanik bersifat basa. Penyebarannya
di daerah iklim sub humid atau sub arid, curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun.
7.
Podzolik Merah-Kuning
Tanah mineral telah berkembang,
solum (kedalaman) dalam, tekstur lempung hingga berpasir, struktur gumpal,
konsistensi lekat, bersifat agak asam (pH kurang dari 5.5), kesuburan rendah
hingga sedang, warna merah hingga kuning, kejenuhan basa rendah, peka erosi.
Tanah ini berasal dari batuan pasir kuarsa, tuf vulkanik, bersifat asam.
Tersebar di daerah beriklim basah tanpa bulan kering, curah hujan lebih dari
2500 mm/tahun.
8.
Podzol
Jenis tanah ini telah mengalami
perkembangan profil, susunan horizon terdiri dari horizon albic (A2) dan spodic
(B2H) yang jelas, tekstur lempung hingga pasir struktur gumpal, konsistensi
lekat, kandungan pasir kuarsanya tinggi, sangat masam, kesuburan rendah,
kapasitas pertukaran kation sangat rendah, peka terhadap erosi, batuan induk
batuan pasir dengan kandungan kuarsanya tinggi, batuan lempung dan tuf vulkan
masam. Penyebaran di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 2000
mm/tahun tanpa bulan kering, topografi pegunungan. Daerahnya Kalimantan Tengah,
Sumatra Utara dan Irian Jaya (Papua).
9.
Andosol
Jenis tanah mineral yang telah mengalami
perkembangan profil, solum agak tebal, warna agak coklat kekelabuan hingga
hitam, kandungan organik tinggi, tekstur geluh berdebu, struktur remah,
konsistensi gembur dan bersifat licin berminyak (smeary), kadang-kadang berpadas lunak, agak asam, kejenuhan basa
tinggi dan daya absorpsi sedang, kelembaban tinggi, permeabilitas sedang dan
peka terhadap erosi. Tanah ini berasal dari batuan induk abu atau tuf vulkanik.
10.
Mediteran Merah-Kuning
Tanah mempunyai perkembangan
profil, solum sedang hingga dangkal, warna coklat hingga merah, mempunyai
horizon B argilik, tekstur geluh hingga lempung, struktur gumpal bersudut,
konsistensi teguh dan lekat bila basah, pH netral hingga agak basa, kejenuhan
basa tinggi, daya absorpsi sedang, permeabilitas sedang dan peka erosi, berasal
dari batuan kapur keras (limestone)
dan tuf vulkanis bersifat basa.
Penyebaran di daerah beriklim sub
humid, bulan kering nyata. Curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun, di daerah
pegunungan lipatan, topografi Karst dan lereng vulkan ketinggian di bawah 400
m. Khusus tanah mediteran merah – kuning di daerah topografi Karst disebut terra rossa.
11.
Gleisol (Hodmorf Kelabu)
Jenis tanah ini perkembangannya
lebih dipengaruhi oleh faktor lokal, yaitu topografi merupakan dataran rendah
atau cekungan, hampir selalu tergenang air, solum tanah sedang, warna kelabu
hingga kekuningan, tekstur geluh hingga lempung, struktur berlumpur hingga
masif, konsistensi lekat, bersifat asam (pH 4.5 – 6.0), kandungan bahan
organik. Ciri khas tanah ini adanya lapisan glei kontinyu yang berwarna kelabu
pucat pada kedalaman kurang dari 0.5 meter akibat dari profil tanah selalu
jenuh air. Penyebaran di daerah beriklim humid hingga sub humid, curah hujan
lebih dari 2000 mm/tahun.
12.
Paddy Soil
Tanah sawah ini diartikan tanah
yang karena sudah lama (ratusan tahun) dipersawahkan memperlihatkan
perkembangan profil khas, yang menyimpang dari tanah aslinya. Penyimpangan
antara lain berupa terbentuknya lapisan bajak yang hampir kedap air disebut
padas olah, sedalam 10 – 15 cm dari muka tanah dan setebal 2 – 5 cm. Di bawah
lapisan bajak tersebut umumnya terdapat lapisan mangan dan besi, tebalnya
bervariasi antara lain tergantung dari permeabilitas tanah. Lapisan tersebut
dapat merupakan lapisan padas yang tak tembus perakaran, terutama bagi tanaman
semusim. Lapisan bajak tersebut nampak jelas pada tanah latosol, mediteran dan
regosol, samara-samar pada tanah alluvial dan grumosol.
Sumber :
Modul Geografi Kelas X, Drs. Soleh Suhendar
0 comment:
Post a Comment